Rabu, 21 Desember 2011

Setiap Hari Adalah Hari Ibu

Beberapa minggu yang lalu, gue pergi ke Toko MG music jalan Arteri buat beli gitar. Setelah gue dapetin apa yang gue mau, gue pun bergegas pulang dan menunggu taksi di halte. Di samping gue, ada suara anak kecil dengan riang gembira menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dibacakan ibunya. Suara itu memancing gue buat menoleh, dan gue pun melihat pemandangan yang luar biasa. Seorang malaikat sedang bertugas dengan baik menjaga putrinya dengan penuh kasih sayang. Diam-diam gue ambil foto mereka, untuk mengingatkan gue bahwa kasih sayang ibu itu emang satu-satunya pemandangan yang mampu menyaingi indahnya pelangi yang sedang melukis langit dikala gerimis mengguratkan sendu di hati.


Oke.. Berhubung ini adalah hari Ibu.. Gue mau menuhin janji gue kemaren di postingan "Mamaku Seorang Penjual Jamu".

Postingan kali ini bakal gue dedikasikan sepenuhnya untuk ibu-ibu di dunia. Para malaikat yang belum bisa terbang kembali ke surga demi menjaga putra-putri mereka. So, gue bakal memuat beberapa cerita luar biasa mengenai ibu mereka, yang dikirimkan teman-teman pembaca setia via email.

Here they are, and enjoy!

==========================================
Assalamualaikum WR. WB.

Gue Zani bang, salah satu followers lu di twitter,
Setelah gua baca post-an abang yg 'Mamaku seorang penjual jamu'. Gue jadi ikut tersentuh,dan mikir tentang mama gue. Ya gue mau curhat tentang mama gue. Oke, gak usah banyak basa-basi ya bang.

Jadi tuh mama gue orangnya sederhana banget, dia tuh kerja jadi dosen dan setiap kerja pake sepatu yg udah di 'tambal' beberapa kali. Itu adalah contoh kecil indahnya kesederhanaan beliau di mata gue.

Gue tuh dulu lahir sebagai bayi yang normal bang, dan pas umur 3 bulan gua dapet 'cobaan'. Waktu itu, gue tidur tengkurep di bawah meja tipi. Dan gak tau kenapa, tuh tipi tiba-tiba jatoh dan nimpa gue dari punggung sampe leher, dan saraf C5-T1 gue rusak atau putus. Akibatnya tangan kiri gue dari pergelangan sampe ujung jari gak bisa gerak, dan sel syaraf motorik tangan kanan gue gak bekerja secara 'sempurna'. Sehingga untuk mengetik email ini, gue harus lumayan bersusah payah. Terus kaki kiri gue pun tumbuh lebih kecil sedikit daripada kaki kanan gue. Gue kadang bertanya tanya siapa yg salah? Dan kenapa keadaan gue harus begini seumur hidup? Tapi yang jelas, ibu gue selalu ada di sana untuk melayani segala kebutuhan gue.

Oke, kembali ke masalah mama gue, pas gue mengalami kecelakaan itu, beliau lagi ngambil S2 tahap akhir, dan beliau pun ngundurin diri cuma buat ngerawat gue bang. Beliau ngorbanin kuliah beliau demi biaya berobat gue yg sampe berpuluh-puluh juta. Gua juga baru tau sekarang bang, setelah gue gede. Karena dulu beliau tidak mau menceritakan pengorbanan beliau itu ke gue. Gue inget banget waktu gue lulusan SD bang, ibu gue cuma pake jilbab, kaos, dan penampilan beliau sederhana banget gitu, sedangkan orang tua murid yg laen pada mewah-mewah. Itu yang membuat gue salut sama beliau.

Ada masanya, dulu gua rada 'bandel', kadang gue bentak ibu gue, dan sekarang gue nyesel banget bang. Karena sekarang gue baru sadar bahwa semua yang beliau lakukan itu semata-mata niatnya buat bikin gue seneng. Bukan buat ngecewain gue, meskipun kadang gue menerjemahkannya sebagai cara yang salah.

Saat ini ibu gue lagi ngambil S3 sambil kerja dan ngurusin anak-anaknya. Kadang gue kasian ngeliat ibu gua, tapi gua gak bisa ngapa-ngapain. Ibu gue selalu bilang gini kalo gue mau ngasih 'hadiah' :

"Ibu gak butuh kok,masih ada yg lama dan masih bisa dipake . Mending uangnya ditabung buat kamu kuliah".

Itu nyesek banget bang. Dari sekian banyak hal yang beliau kasih ke gue, sampe sekarang gue belom bisa bales apa-apa.

Waktu SMP, gue mengalami masa-masa dimana gue mencoba menentang keadaan gue. Gue mulai minta yg aneh-aneh ke ibu gue. Kayak meminta beliau buat meriksain tangan gua, kali-kali bisa dioperasi. Dan beliau selalu mengusahakan segala permintaan gue itu dengan optimal, meskipun beliau sendiri kadang-kadang nggak tau mau makan apa esok hari. Dan semuanya ternyata nihil. Kadang gue emang gak bisa nerima keadaan tangan gue yang kayak gini. Tapi ibu gue selalu bilang :

"Lihat tuh masih ada yg lebih 'parah' daripada kamu. Bersyukurlah kamu masih diberikan anugerah yang paling indah dari Tuhan, yaitu hidup..".

Kalimat itu benar-benar bisa meredam segala ambisi gue, dan membuat gue lebih ikhlas menerima keadaan.

Sekarang gue nggak iri sama temen-temen yang punya tubuh normal, gue bangga punya ibu kayak ibu gue. Karena semua hal yang beliau berikan itu berselimutkan keikhlasan, ketulusan dan rasa sayang yang luar biasa. Itu yang membuat gue selalu merasa sempurna. :')

Terima kasih untuk waktu abang yang udah ngebaca cerita gue.

==========================================

Next Story dari :
ayik2945@yahoo.com

Bang, aku juga mau cerita tentang pengorbanan ibuku ya (terus terang cerita bang alit tentang ibu di twiter abang kemaren, nyentuh banget, sehingga aku ingat betapa hebat pengorbanan seorang ibu).

Baiklah..
Keluarga kami bukan keluarga kaya, namun cukuplah untuk sehari-hari. Ibu bantu keuangan keluarga dengan jadi penjahit, langganan beliau lumayan banyak. Beliau berusaha memenuhi keperluan anaknya tanpa mengutak-atik uang dari bapak.

Agustus tahun 2000 tak akan terlupa buatku, dimana bulan itu, pada hari pengumuman kelulusan tes UMPTN ku, di hari yg sama juga ibu punya pengumuman di rumah bahwa beliau terkena kanker usus. Memang gejalanya telah tampak beberapa bulan terakhir, namun saat diperiksa ke dokter dikatakan tidak apa-apa, hingga ibu bertemu dokter yang biasa menangani keluarga besar yang juga kebetulan tetangga di kampung.

Bulan itu menjadi penuh pertimbangan buat kami, keuangan keluarga kami yang serba pas-pasan, membuatku memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan mengorbankan kelulusan UMPTN ku. Aku mengusulkan agar uang itu dipakai berobat saja oleh ibu. Namun ibu bilang, uang itu harus dipakai biaya kuliah karena beliau tidak mau anaknya tidak mendapatkan pendidikan. Aku menghadapi sebuah dilema bang. Aku bingung, bila aku kuliah, sama saja aku membiarkan ibu menghadapi penderitaan beliau. Sedangkan bila aku tidak kuliah, sama saja aku tidak mendengarkan amanat beliau.

Hingga akhirnya ibu benar-benar meyakinkan aku untuk tetap kuliah di akademi kebidanan (itu merupakan keinginan beliau), dan ibu berjanji untuk tetap melanjutkkan pengobatan hingga aku sukses jadi bidan dan bisa mengobati beliau. Hal itu memotivasiku untuk tetap melanjutkan cita-cita sekaligus amanat beliau.

Tapi berselang 6 bulan, tepatnya tanggal 10 desember taun 2000, ibu menghembuskan nafas terakhirnya karena sudah tak kuat menahan sakit. Dan yang aku sesali, aku tak sempat memenuhi keinginan beliau untuk sekedar menyuntikkan vitamin atau memberikan obat kepada beliau. Karena pada saat beliau meninggal, aku masih semester I dan belum mempelajari ketrampilan tersebut.

Tapi lama-lama aku sadar, penyesalan tidak akan membuat ibuku hidup lagi. Lebih baik aku menjalankan amanat beliau dengan sebaik-baiknya, jangan sampai pengorbanan beliau sia-sia, sehingga beliau bisa tersenyum di surga. Dan dari kejadian itu, aku belajar bahwa seorang ibu pasti akan melakukan apa saja untuk kebaikan anaknya meskipun harus mengorbankan dirinya. :)

==========================================

Dan ada salah satu pembaca blog gue (melia_lovestary@yahoo.co.id), yang rela mencurahkan idenya untuk membuat puisi tentang ibu gue.. Keren banget.. sumpah! *lap ingus*

"Puisi ini terinspirasi dari cerita bang alit. :)"

Malaikat Tak Bersayap

Pagi itu.. Dikala mentari tersenyum pada bumiku..
Engkau bersibuk diri dengan ramuanmu..
Pagi itu.. Dikala aku menyandang tas sekolahku..
Engkau bergegas mengendong si bakul jamu..
Pagi itu.. Dikala aku melangkah bersama teman-temanku..
Engkau berteriak dengan suara khasmu..

Ketika malam datang menyapaku..
Engkau terdiam membasuh keringatmu..
Ketika aku menangis menahan rindu..
Engkau duduk bersimpuh berdoa untukku..
Ketika aku terlelap dalam mimpiku..
Engkau membelaiku dari jauh..

Mungkin.. Pundakmu letih memikul bakul itu..
Mungkin.. Kakimu tak sanggup lagi berjalan jauh..
Mungkin.. Tanganmu bosan meracik ramuan itu..
Tapi.. kau tak pernah berhenti untuk sekali waktu..
Kau terus melakukan itu demi aku.. anakmu..

Bisakah pundakmu untukku bersandar saja..
Aku iri pada si bakul itu..
Bisakah aku setiap hari bersimpuh dikakimu..
Aku iri pada si jalan itu..
Bisakah tanganmu untuk membelaiku saja..
Aku iri pada ramuan itu..

Tak akan bisa aku balas semua kasihmu..
Tak akan bisa aku mengganti semua jerih payahmu..
Tak akan sebanding usahaku dengan perjuanganmu..
Oh.. Ibu.. malaikat tak bersayapku..

Okay.. This is the end of the post..
Mari kita hormati, sayangi, dan cintai ibu kita bukan hanya di hari ibu saja. Karena ibu selalu mencintai dan menyayangi kita secara tulus tanpa memandang hari apa saja. Biarkan orang lain tau siapa ibu kita, apa pekerjaan beliau, karena beliau memberikan semuanya dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan apa-apa. Yang harus kita lakukan cuma menghargai dengan cara mengakui siapa beliau dengan sebenar-benarnya.

Bila kalian pernah merasa "terganggu" sama segala pertanyaan maupun nasehat ibu kalian yang kadang kalian terjemahkan sebagai "omelan" itu, gue yakin Suatu saat kalian akan merindukan segala "gangguan-gangguan" indah itu.. Kelak saat beliau udah nggak ada.. :)

Buat temen-temen yang ibunya udah kembali ke Surga, bukan berarti tanggung jawab kalian udah selesai. Karena ibu kalian bisa mengawasi apapun perbuatan kalian dari surga. So, lakukan segala hal dengan mempertimbangkan perasaan beliau, akankah beliau bangga melihat perbuatan kalian itu dari surga sana? :)

EVERYDAY IS MOTHER'S DAY! :'D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar