Gue pernah hidup di zaman jaringan listrik belum masuk ke kampung gue. Waktu gue kecil, hiburan orang-orang di kampung gue kalo udah malem, cuma gelar tikar di halaman depan, melihat bintang. Tanpa polusi cahaya, dulu langit itu benar-benar kelihatan bintangnya. Zaman sekarang, pemandangan seperti itu sudah langka.
Sampai akhirnya, di kampung gue ada satu orang yang punya TV. Nama pemilik TV itu adalah pak Supri. Setelah Pak Supri punya TV, segala kegiatan melihat langit pun berubah. Setiap malam, orang-orang sekampung pada kumpul di rumah Pak Supri untuk menonton TV. Waktu itu channel TV cuma ada TVRI dengan segala acaranya yang mungkin bagi anak-anak muda zaman sekarang membosankan. Ada ketoprak, ludruk, dan berita yang selalu tayang pukul 7 malam. Beda sama sekarang, isinya kalo nggak sinetron tentang ababil yang cinta-cintaan, ya berita-berita infotainment hoax.
Listrik belum masuk kampung gue, tapi kok udah ada TV?
Percayalah, zaman itu, TV itu belum pake listrik dari PLN kayak zaman sekarang. TV yang kami tonton masih menggunakan aki.
Nah, karena TV-nya masih menggunakan aki, Pak Supri harus nge-charge tuh aki setiap hari ke kota. Untuk maintenance semacam itu, warga dengan kesadaran diri patungan dan memberikan uangnya kepada Pak Supri untuk membayar biaya charge aki. Bayangkan betapa ribetnya zaman itu.
Ngomongin TV, gue jadi penasaran untuk mengulik sejarah TV itu sendiri. Soalnya, melihat TV yang sekarang, sudah sangat jauh berbeda bentuk, fitur, maupun fungsinya. Yuk kita simak sejarahnya!
Sebelum kita bahas mengenai sejarahnya, kita pahami dulu apa itu arti kata Televisi. Televisi adalah nama hasil penggabungan dari kata Tele yang berarti jauh, Visi (vision) yang berarti penglihatan. Televisi, berarti penglihatan jarak jauh.
TV ditemukan oleh John Logie Baird pada tahun 1920-an. Baird mendemonstrasikan Televisi pertama di depan umum di Royal Institute di London. Namun, apakah TV bisa berjalan tanpa siaran? Tentunya tidak. Hingga akhirnya BBC melakukan siaran televisi pertama kali di tahun 1929. Dan sejak saat itu, TV menjadi perangkat hiburan dan informasi populer bagi setiap keluarga.
Evolusi TV
TV jadul, masih menggunakan sistem analog untuk penggantian channelnya. Tidak seperti sekarang, TV jadul menggunakan semacam tombol pemutar untuk mencari saluran TV yang mau ditonton. Jadi, pengguna harus memutar-mutar panel itu dan mencari freqwensi yang pas untuk menonton saluran tertentu. Mirip seperti saat kita mencari freqwensi radio.
TV jadul juga belum berwarna. Jadi, zaman yang gue alamin dulu, pas kecil, semua TV masih hitam-putih doang warnanya. Sampai-sampai waktu gue kecil, gue suka mikir, apakah zaman perang itu memang belum ada warna di bumi? Soalnya, setiap kali gue nonton film atau berita tentang perang di TV, cuma hitam-putih warnanya.
Lalu di akhir 1990-an, gue akhirnya bisa melihat TV berwarna. Gue inget banget waktu itu mama gue ngirimin TV dari Jakarta. Layarnya cembung, dan pas dinyalain, gue berasa melihat dunia yang berbeda. Seluruh acara yang gue tonton jadi berwarna. Sejak saat itu, gue jadi anak yang males keluar rumah, karena cinta mati sama TV.
Memasuki era 2000an, TV layar tabung sudah digantikan oleh TV layar datar. Tapi sampai sekarang gue masih belum paham apa bedanya layar cembung dan layar datar.
Tahun 2010, gue mulai menggunakan TV LCD. TV LCD ini gue demen karena tipis dan irit listrik. Gambarnya pun lebih baik dibanding TV tabung. Sayangnya, fiturnya masih sama aja kayak TV-TV sebelumnya. Cuma buat nonton TV. Udah, gitu aja.
Baru di tahun 2015 ini, gue ngerasain TV dengan fungsi yang sangat berbeda dari TV-TV yang pernah gue miliki. Jadi, kemarin gue baru nyobain Panasonic Viera Smart TV. Nggak tanggung-tanggung, ukurannya 49”. Kamar gue jadi berasa kayak bioskop pribadi.
Apa yang ngebedain Panasonic Viera Smart TV ini dengan TV biasa? BANYAK!
Resolusi dari Panasonic Viera ini adalah 4K, alias 4000an pixel. Dengan resolusi segede itu, nih TV bisa gue jadiin layar pengganti bagi laptop gue dan buat main game. Resolusi 4K adalah resolusi paling tinggi bagi gadget-gadget yang udah dijual secara umum saat ini. Nih.. Lihat betapa tajamnya resolusi 4K:
Bisa jadi pengganti monitor laptop loh! Resolusinya tinggi banget!
Gambar yang lo lihat itu udah hasil jepretan kamera, udah bening banget kan? Gue kasih tau. Aslinya jauh lebih bening. Setiap kali gue nonton resolusi 4K, gue berasa ngelihat penampakan aslinya. Kayak bukan di layar TV.
Panasonic Viera Smart TV ini juga dilengkapi dengan kacamata 3D. Yup! Dengan kacamata ini, gue bisa nonton konten video-video atau film-film yang 3D. Rasanya sama persis dengan nonton film di bioskop 3D. Bedanya, gue mau teriak-teriak pas nonton film menegangkan yang 3D pun, nggak perlu malu. Nggak kayak di bioskop.
Satu lagi fitur yang gue suka. Dulu gue kalo mau tidur suka nonton video-video di Youtube pake TV. Caranya ribet! Gue harus konekin laptop gue ke TV dulu, baru deh bisa nonton Youtube di TV. Tapi pake Panasonic Viera, kebiasaan ribet itu bisa gue tinggalin.
Soalnya, di dalam TV ini sudah ada fitur built-in apps. Di mana, kita tinggal konekin nih TV ke internet, lalu buka aplikasi Youtube yang udah ada di TV-nya, dan kita pun bisa langsung nonton Youtube di TV. Keren!!
Selain buat nonton TV dan Youtube, ada aplikasi web browser bawaan di Panasonic Viera. Jadinya, gue nggak perlu buka-buka laptop lagi buat browsing! Makin keren!!
Nah, melihat perkembangan TV yang segitu gilanya, gue merasa bersyukur pernah hidup cukup lama untuk menyaksikan evolusi teknologi. Dari zaman TV belum ada warnanya, sampai zaman TV udah bisa internetan kayak Panasonic Viera Smart TV ini!
Nah, lo pernah ngalamin nonton TV yang gimana aja? Share dong di kolom komentar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar