Senin, 07 Desember 2015

Api Cinta itu Hanya Ada Saat Belum Memilikinya



Gue yakin, elo pasti lebih inget orang yang pernah lo cintai, tapi akhirnya malah menyakiti, dibanding pasangan yang pernah sama-sama  selalu mencintai sampai bosan sendiri.

Kenapa gue bilang gitu? Akhir-akhir ini gue kepikiran, lagu-lagu bertema patah hati itu selalu lebih meledak dibandingkan lagu-lagu yang menceritakan indahnya jatuh cinta. Lagu yang membahas tentang cinta yang terkhianati, lagu yang membahas tentang cinta yang tak terungkapkan, maupun lagu yang membahas tentang cinta yang tak bisa dimiliki, memiliki kekuatan yang lebih “nonjok” dibandingkan lagu-lagu yang membahas tentang hati yang berbunga-bunga.

Hal itu beralasan. Orang itu lebih ekspresif saat mereka sedang sakit hati. Orang itu lebih sensitif saat mereka sedang terluka hati. Dan orang itu akan lebih mengingat detil orang yang menyakitinya dibanding orang yang membahagiakannya. Di postingan kali ini, gue mau ngajakin lo buat melihat cinta, dari sudut pandang berbeda. Iya, cinta itu benar-benar terasa, saat kita tidak sedang memilikinya. Itu yang gue pahami. Dan pemahaman semacam itu, datang dari pengalaman yang pernah gue jalani. Begini ceritanya..

Gue inget, beberapa tahun yang lalu, gue suka sama seorang cewek, bernama Ria. Cewek itu sekampus sama gue, sejurusan juga, namun kita tidak seperasaan. Ria ini adalah cewek berwajah adem kejawa-jawaan. Tiap dia ngomong, terasa lembut di hati. Menurut gue, Hitler pun kalo denger dia ngomong, pasti bakal jadi orang yang baik, dan nggak bunuh-bunuhin Yahudi lagi. Rambut Ria berwarna hitam, panjang, lurus sepundak. Kulitnya terlalu putih untuk ukuran cewek Jawa. Bibirnya merah, tanpa lipstick, dan parfumnya tak pernah ganti, Bvlgari Jasmin Noir. Dia nggak pernah ngasih tau merk parfumnya, tapi gue sering merhatiin dia kalo lagi nyemprotin parfum itu ke lehernya. Pertama kali gue ketemu dia adalah saat gue harus ke rental printer pagi-pagi. Kebetulan rental itu ada di dekat kosannya. Dan pertama jalan kaki bareng dia menuju kampus itu, mengubah hari-hari ngampus gue selanjutnya.

Kosan Ria ada di belakang kampus, sedangkan kosan gue ada di depan kampus. Setiap pagi, gue sengaja berangkat ngampus 15 menit lebih awal, biar bisa jalan kaki bareng dia. Iya, gue harus muterin setengah bangunan kampus yang ukurannya segede kampung halaman gue itu, hanya untuk bisa jalan bareng Ria. Tapi Ria tidak tahu kost gue di mana, yang dia tahu, kami jalan karena tujuannya searah. Iya, 10 menit jalan kaki bareng dia adalah 10 menit terindah dalam hari-hari gue. 10 menit yang mampu membuat gue selalu bisa bangun lebih pagi. 10 menit yang selalu gue pikirin setiap menjelang tidur di malam hari. Apakah setiap pagi jalan kaki mondar-mandir itu melelahkan buat gue? Nggak. Rasa lelah itu tertutup rapat oleh rasa bahagia karena bisa ngobrol dan jalan bareng dia. Gue nggak bisa ngerasa capek untuk mencintai, karena cinta itu memberikan energi tersendiri. Lihatlah hidup orang-orang yang tanpa cinta. Tak ada gairah, tak ada usaha, tak ada tenaga.

Kembali kepada topik si Ria. Pernah suatu ketika, gue jalan kaki seperti biasanya, lalu melambatkan langkah saat gue melewati depan kost si Ria. Gue lihat, pagi itu Ria tak kunjung tiba. Gue nggak bisa nanya Ria di mana, karena gue nggak pernah berani meminta nomor handphonenya. Gue lihat jauh ke depan, Ria juga tak terlihat di ujung jalan sana. Gue sengaja melangkah lebih lambat, agar nanti kalau Ria ternyata memang telat, dia bisa menyusul gue di jalan. Tapi 10 menit melewati jam kuliah dimulai pun, gue nggak berpapasan dengan si Ria. Bahkan sesampainya di ruang kelas, gue juga nggak menemukan si Ria.

Gue tanyain ke Dini, sahabat Ria, ke manakah gerangan si Ria berada? Dini mengatakan bahwa Ria sedang sakit, demam tinggi membuat Ria jadi dia absen hari itu. Selepas kuliah pertama, gue langsung pergi dari kampus, lalu mampir ke minimarket sebelah. Gue inget banget, gue adalah orang yang sangat ketat dengan pengaturan finansial. Zaman itu, gue jatah diri gue sendiri uang 30 ribu/hari untuk makan. Dan hari itu, gue memutuskan untuk memberikan hal yang berguna untuk kesembuhan si Ria. Gue membeli obat penurun panas, dan Redoxon, lalu duit gue tinggal tersisa 2 ribu rupiah. Uang sisa segitu, gue beliin mie instant buat jatah makan seharian.

Gue berjalan dengan penuh semangat ke kost si Ria, lalu membayangkan bahwa dia akan sangat bahagia dengan apa yang gue bawa buat dia. Tapi semangat itu memudar seketika bersamaan dengan apa yang gue lihat di teras kostnya. Ria sedang disuapin oleh seorang cowok seumuran kita. Pucatnya, tak menutupi kecantikannya. Serak di tenggorokannya, tak mengurangi kemerduan suaranya, saat bilang “pelan-pelan aja ya..” kepada cowok yang menyuapinya.

Pemandangan di depan gue emang sempat membuat gue gentar. Tapi apa yang udah gue bawa, nggak boleh sia-sia. Gue tetap memberanikan diri untuk mendekat, dan menyerahkan obat-obatan yang gue beli untuk Ria. Ria terlihat senang dengan apa yang gue bawa. Cowok yang menyuapinya juga mengucapkan terima kasih untuk apa yang gue lakukan untuk Ria. Lalu dia memperkenalkan dirinya, namanya Reno, gebetan Ria.

Sesaat setelah gue berbasa-basi dan terlihat baik-baik saja, gue segera pamit undur diri dari kost si Ria. Gue berjalan kaki menuju kost gue, sambil memakan mie instan mentah yang diremukin. Seremuk hati gue yang diremukin fakta bahwa Ria sudah memiliki orang yang dicinta.

Setelah kejadian itu, gue jadi manusia yang paling melankolis di dunia. Gue selalu melihat sisi gelap dunia. Ketidakadilan dunia, kekejaman cinta, kehancuran hati gue, semua berlalu lalang di dalam kepala. Segala keceriaan dunia seakan musnah begitu saja. Gue ciptakan puluhan puisi yang menyayat hati, gue ciptakan lagu-lagu yang mampu menyihir hati hingga beku, gue lukis warna-warna mati semati harapan gue untuk memiliki Ria. Itu adalah waktu yang sangat kelam namun tak terlupakan buat gue.

Beberapa minggu setelah kejadian itu, gue udah terbiasa berjalan kaki sendirian dari kost langsung ke kampus, tanpa perlu muter melewati kost Ria lagi. Gue nggak marah sama Ria, gue cuma merasa, gue nggak layak memperlakukan hal spesial lagi untuk dia. Karena gue sadar, sudah ada orang lain yang bertanggung jawab atas hal-hal itu untuk dia.

Di kampus, gue bertemu Ria. Senyumnya tidak berbeda, masih seindah biasanya. Senyumnya masih dengan mudah meluruhkan amarah. Tawanya, bisa sekejap menghapuskan segala dendam yang ada.

“Alitt!! Jahat banget sih?!” Tanya dia mendadak membuat gue bingung.

“Ha? Jahat gimana?”

“Pindah kosan kok nggak bilang?” Ria mencubit pipi gue. Bukan sakit yang gue rasakan saat itu. Aneh, yang dicubit itu pipi, tapi kenapa yang terasa nyeri malah hati?

“Pindah kosan? Pindah ke mana?” Gue bingung karena gue nggak merasa pindah kost.

“Loh? Kamu nggak pindah? Kok kita nggak pernah ketemu di jalan lagi?”

Pertanyaan Ria membuat gue terdiam beberapa saat. Bingung untuk menjelaskan bahwa selama ini gue sengaja jalan muter-muter cuma agar bisa jalan kaki bareng dia.

“Kosanku dari dulu memang di depan kampus itu kok. Yang cat biru itu.” Akhirnya kalimat itu tercetus juga.

Ria terlihat bengong, dia gigit bibirnya, matanya layu, layaknya kucing lapar yang berharap untuk dilempar ikan kerapu.

“Jadi.. Selama ini…” Ria sepertinya sengaja tak menyelesaikan kalimatnya.

“Iya.” Gue tersenyum penuh makna, sambil menatap matanya dalam-dalam.

Ria lalu duduk di kursi kelasnya, dengan tatapan kosong. Ria melewati kuliah hari itu dengan tatapan kosong yang sama.

Sepulang kuliah, Ria menghampiri gue. Dengan ramah, dia menepuk pundak gue.

“Balik bareng yuk!”

“Tapi..” Gue mau bilang, kalo jalan pulang kita nggak searah.

“Aku cuma mau lihat kosanmu di mana. Hehe.. kalo boleh..”

“Baik..”

Kita berdua jalan keluar dari kampus, gue sempetin buat beli cilok buat dimakan berdua sepanjang jalan. Kami mengobrol panjang sambil tertawa-tawa, sampai depan kosan gue.

Di depan kosan, Ria berpamitan.

“Oh.. Ini kosanmu.. Jauh juga yah, kalo harus muter dulu ke belakang kampus. Hehe..”

“Hehe..” Gue tersenyum kaku. Seakan-akan ada behel yang dipasang di bibir gue.

Sejak hari itu, setiap pagi Ria yang menghampiri, dan menunggu gue di depan kosan. Lalu kita jalan ke kampus barengan. Itu rute yang lebih wajar, karena setiap Ria mau ngampus, dia memang melewati kosan gue. Dibanding gue yang harus muter ke belakang kampus dulu, cuma agar bisa jalan kaki bareng dia mulu.

Sebulan kemudian, gue dan Ria jadian. Ria mengatakan bahwa dia tidak bisa menerima Reno, karena Reno tidak tinggal di kota yang sama. Ria trauma dengan LDR, dia tidak mau memberi harapan kepada Reno. Saat baru memiliki Ria, adalah saat yang membuat gue sangat bahagia. Akhirnya, segala perjuangan gue sebelumnya, berbuah manis juga.

Tapi kebahagiaan itu pelan-pelan memudar. Di mana cinta, berubah menjadi kewajiban, bukan lagi hal yang dijalani dengan ketulusan. Di mana gue harus selalu menuruti permintaan Ria untuk menemani dia pulang-pergi ngampus, baca-baca buku di perpus, dan nungguin dia perawatan di salon berjam-jam sampe gue bosen mampus.

Memiliki Ria ternyata tidak seindah zaman gue belum memilikinya. Zaman di mana karakternya masih dibatasi imajinasi gue aja. Zaman di mana dia belum menunjukkan sisi-sisi gelapnya. Zaman di mana gue nggak dipaksa untuk makan-makanan yang dia baru coba masak, hingga membuat gue 3 hari berak-berak. Gue nggak boleh protes, karena gue nggak boleh mengecewakannya, karena membuat dia selalu bahagia adalah kewajiban. Ah!!

Belum lagi sifat posesif dia yang ternyata berbahaya. Di mana, gue ngobrol sama temen sekelas yang cewek aja bisa membuat dia ngambek dan diemin gue seminggu lamanya. Di mana gue harus membiarkan dia mengobok-obok inbox SMS hape gue buat memastikan bahwa gue nggak ngedeketin cewek lain.

Gue nggak bisa protes, karena gue cinta. Meskipun gue capek, dan mulai nyadar bahwa cinta yang sudah menjadi kewajiban itu ternyata menyebalkan. Gue harus menerima dia apa adanya. Gue harus selalu berusaha membahagiakan dia. Gue harus bisa menjadi seperti yang dia minta, meski gue nggak nyaman menjalaninya. Melelahkan juga.

Gue coba buka-buka lagi puisi, lagu, lukisan, yang pernah gue buat untuk Ria saat gue patah hati olehnya dulu. Di titik itu, gue nyadar. Api asmara itu justru ada di saat kita tidak saling memiliki. Di saat kita hanya melihat indahnya si dia. Di saat kita bisa dengan tulus memaklumi segala kekurangannya. Cinta sejati itu tumbuh dari rasa sakit. Iya, orang yang bisa benar-benar menyakiti kita, cuma orang yang benar-benar kita cinta. Mungkin elo bakal santai aja, kalo lo dicuekin oleh orang yang nggak lo suka. Tapi lo bisa galau berbulan-bulan saat lo dicuekin gebetan, kan?

Dan akhirnya, gue dikalahkan oleh rasa bosan. Bosan terhadap segala kekurangan Ria, bosan untuk selalu memakluminya. Iya, waktu itu gue emang belum dewasa dalam mencinta. Akhirnya, kami pun sepakat untuk memutuskan hubungan cinta. Anehnya, beberapa saat setelah kami berpisah, gue kembali bergairah. Rasa cinta kembali tumbuh, rasa rindu kembali menggebu. Gue kembali pengin memperjuangkan cinta si Ria. Maunya hati ini apa sih? Kampret, kan?

Mau diterima atau tidak, begitulah pilihan yang diberikan oleh cinta. Selalu mencintai orang yang tak pernah bisa kita miliki, atau Memiliki orang yang tak kita cintai. Tapi yang jelas, cinta itu adalah yang mampu memberimu energi dan gairah. Cinta itu yang bisa membuatmu selalu gelisah. Cinta itu yang bisa menggerakkan hatimu hingga kamu bisa melakukan hal-hal yang sebelumnya berat untuk dilakukan. Dan saat kamu tak lagi bergairah, tak bersemangat, dan tak tulus lagi berkorban untuk dia, itu adalah tanda bahwa cinta sudah tak bersemayam di sana.

Don’t get in a relationship with the one you don’t love. Sacrificing is hard, if it’s not for the one you love. But it’ll be easy if you do it for the one you really love. Hubungan, baik itu pacaran maupun pernikahan, bukanlah keputusan yang bisa diambil dalam keputusasaan. So, setelah baca tulisan ini, apa lo masih berani memiliki orang yang lo cintai?

Minggu, 22 November 2015

Cara Mencari Jodoh Sekota di Dunia Maya Dengan WOO


“Sayang.. Aku kangen..”

“Aku juga..”

“Kapan dong, kita bisa ketemu?”

“Nanti ya, aku nabung dulu.”

Obrolan semacam ini pasti nggak asing lagi buat lo yang sedang LDR-an. Mungkin karena tuntutan zaman, orang bisa rindu kepada orang yang belum pernah ditemui sebelumnya. Tapi, daripada LDR, mending nyari jodoh orang yang sekota. Ngapain nyari jodoh jauh-jauh? Emangnya nggak laku, di kota sendiri? Hihihihi..


Di zaman gue muda dulu, untuk kenal dengan orang, gue harus bener-bener punya nyali. Gue harus berani ngajak kenalan secara langsung dengan cara menghampiri. Gue harus berani datang ke rumah gebetan, dan minta izin ke bokapnya buat ngajak jalan. Zaman sekarang, Hape sudah membantu sekali orang-orang yang pengin kenalan tanpa perlu menghampiri. Mau ngajak jalan, ketemuan di luar rumah, tanpa perlu takut bokap gebetan marah.

Mencari jodoh di dunia maya, ada banyak banget jalannya. Berikut ini, bakal gue jabarin beberapa cara yang pernah gue tempuh untuk mencari gebetan di internet:

Poles Profile
Saat kita mau mengenali orang di dunia maya, halaman profile adalah referensi paling utama. Halaman profile bakal paling sering dikunjungi orang yang ngekepoin kita. Itulah kenapa, ciptakan halaman profile yang bagus, di mana harus informatif, lengkap, dan menarik perhatian.

Nggak perlu pake deskripsi tentang diri lo yang bertele-tele. Pastikan saat lo bikin deskripsi diri, elo menjelaskan siapa elo dan apa yang lo lakuin sehari-hari aja. Biarkan sisanya menciptakan rasa penasaran orang, sehingga mereka mau nanya nantinya.

Jaga Attitude
Di dunia maya attitude itu sama pentingnya dengan di dunia nyata. Orang yang suka marah-marah, suka ngumpat-ngumpat, akan menciptakan image negatif akan dirinya sendiri. Makanya, kalo lo mau disukai orang, lo harus jaga attitude lo di dunia maya. Selalu ramah dengan orang, selalu pakai bahasa yang menyenangkan, dan jangan ragu buat memuji kelebihan orang.

Rajin Kepo
Untuk mendapatkan jodoh yang tepat, tentunya perlu effort lebih. Layaknya di dunia nyata, lo harus menyelidiki orang yang lo taksir. Mulai dari hobinya, sifatnya, sampai aktivitas kesehariannya. Biar apa? Ya biar nyambung kalo dia lo ajak ngobrol lah.

Tanpa lo selidiki faktor-faktor yang berhubungan dengan dia, lo bakal jadi clueless dan dianggap nggak nyambung sama dia. Jadinya? Chemistry kalian nggak bakal terbentuk, dan dia nggak bakal welcome. Hayolooh…

Ciptakan Pencitraan
Di dunia maya, segala yang kita share itu bisa menjadi petunjuk bagi orang lain buat nebak-nebak karakter kita. Untuk itu, kita harus menciptakan reputasi yang baik di mata orang-orang. Kenapa? Karena orang pastinya lebih suka orang yang suka sharing hal-hal baik dibanding orang yang suka sharing hal-hal norak atau nggak penting, kan?

Itulah kenapa, lo harus menciptakan pencitraan yang baik juga di dunia maya agar orang yang lo deketin nggak ilfeel atau takut karena image yang lo bangun di sana. Sering berbagi hal-hal yang menambah pengetahuan, sering upload foto-foto yang menghibur, merupakan cara yang efektif untuk membuat orang tertarik terhadap kepribadian kita di dunia maya. Pencitraan yang baik, akan membuat orang lain mudah merasa nyaman sama elo. Itu poinnya.

Sok Kenal, Tidak Sok Dekat
Dalam proses pendekatan, menjadi orang yang sok kenal, boleh-boleh aja. Soalnya, kalo lo terlalu pemalu, proses itu bakal sia-sia. Hubungan kalian nggak bakal ke mana-mana. Silakan bertindak seakan lo kenal sama si gebetan lo itu, biar dia bisa notice kalo elo ada.

Tapi elo nggak boleh sok dekat ya. Karena kalo lo sok dekat, nanti ujung-ujungnya dia bakal mikir elo sotoy terhadap hidupnya. Jadi, biarkan hubungan itu berjalan senatural mungkin. Dengerin curhatan dia, tapi jangan timpalin pake kata-kata bijak dulu. Silakan kasih saran kalo dia udah minta. Karena sebagian orang yang curhat itu cuma butuh didengerin aja. Bukan dinasihatin oleh pendengarnya.

Nah.. Untuk latihan, gue bisa nyaranin sebuah aplikasi keren buat kalian pake. Nih aplikasi namanya WOO. Gue udah nyobain sendiri serunya make aplikasi ini.


Nih aplikasi bakal nemuin orang-orang baru dari area sekitar lo tinggal atau lokasi yang bisa lo pilih. Siapa tau, lo nanti bisa ketemu tetangga yang diem-diem lo taksir, kan? Nggak LDR pula.

Di WOO, lo bisa memoles profile lo juga. Halaman profilenya cukup detail. Lo bisa nyebutin personality lo gimana, passion lo apa, interest lo apa, atau bahkan hal-hal sedetail tinggi badan lo, atau “voice intro”. Iya, jadi lo bisa nyapa orang yang buka profile lo pake suara yang udah lo rekam. Keren kan?

Cara makenya juga gampang! Lo bisa nyari temen berdasarkan “TagSearch” di mana WOO bakal otomatis nyediain rekomendasi teman berdasarkan hal-hal yang sama-sama kalian sukai atau kalian minati. Misal, orang-orang yang sekampus, sekota, atau sehobi, jadinya orang yang lo temuin di situ bakal dijamin nyambung karena kesamaan minat.


Selain itu, lo juga bisa kirim Direct Message ke orang yang lo suka, sehingga dia bisa menyadari kalo lo tertarik sama dia. Kalo dia tertarik, dia bakal ngeklik LIKE juga di profile lo. Jadinya, kalian “match” deh!


Selain 2 fitur di atas, ada juga fitur QuestionCast. Nih fitur membantu WOO users yang cewek buat milih cowok yang sesuai kriterianya.


Jadi, users cewek bisa melemparkan pertanyaan (QuestionCast) untuk dijawab sama cowok-cowok. Setelah itu, mereka tinggal milih jawaban yang disukai/memuaskan. Sehingga users cewek ini nggak cuma milih cowok berdasarkan foto doang, tapi dari kemampuan otaknya. Seru kan?

Buat lo yang takut ketemu hode, tenang. WOO ini sistem verifikasi usernya cukup mumpuni. User nggak bisa ngeupload foto dari hape, di mana orang bisa aja upload foto orang lain buat malsuin identitas. Di WOO, orang cuma bisa ngambil foto dan data-data dari akun Facebook personalnya. Jadinya, profile orang-orang di WOO benar-benar profile yang dimiliki oleh usernya.


Bahkan, WOO punya fitur yang bisa mendeteksi wajah di foto yang lo upload. Kalo di foto yang mau diupload wajahnya gak jelas, bakal ditolak sama WOO. Aman banget!

Nih aplikasi bisa langsung lo download di AppStore dan Playstore ya!

Nah, kalo udah paham semua tip yang gue terangin di atas, buruan praktekin aja tipnya. Inget! Jodoh itu ada di tangan Tuhan, dan akan tetap di tangan Tuhan kalo lo nggak ngejemput dia. Ciao!

Kamis, 19 November 2015

Ini Sejarah Gadget-gadget Yang Mempermudah Hidup Kita Sekarang

Sebagai seorang pria yang telah hidup sejak zaman komunikasi menggunakan kertas dan tulisan tangan, hingga zaman berkomunikasi jarak jauh dengan satu klik saja, gue bisa ngeliat perbedaan dunia. Sisi yang paling terlihat jelas adalah, bagaimana perkembangan teknologi mampu mengubah cara hidup orang, atau bahkan sifat orang.

Dari yang dulunya harus mengetuk pintu rumah untuk bertemu teman, sekarang bisa dengan mudah mengobrol dengan mereka melalui layar gadget. Dari yang dulunya harus menunggu satu minggu hanya untuk mendapat balasan surat dari teman, sekarang cukup nunggu beberapa detik, pesan kita sudah terbalaskan.

Gue jadi kebayang, gimana repotnya mau PDKT kalo pake surat yang dikirim via post. Misal, ngirim surat cuma berisi, “Kamu udah makan belum?” Karena lamanya surat itu nyampe, endingnya kita dapet balasan, “Aku udah makan, udah nikah, dan sekarang udah punya anak. Kamu?”

Syukurlah, banyak inovasi dalam teknologi yang sudah tercipta di zaman ini, sehingga hidup kita sangat termudahkan olehnya. Namun, mungkin kita perlu tau gimana sih, awalnya teknologi-teknologi itu tercipta?

Yuk kita simak beberapa versi awal dari gadget/teknologi yang kita pakai sekarang!

Kamera
Kemarin sempat nongol MEME yang membuat kepala migren. Begini:


Iya, kalo itu kamera pertama di Bumi, lalu yang dipake buat motret tuh kamera, apaan??

Tenang, gue udah tau jawabannya. Yang di foto di atas, bukanlah kamera pertama di Bumi, melainkan kamera terbesar di Bumi pada saat itu. Sedangkan kamera pertama itu begini bentuknya:



Kamera pertama ini ditemukan oleh Johann Zahn, pada taun 1685. Bentuknya pun masih sangat sederhana dan ukurannya cukup gede. Mungkin kalo bentuk kameranya selalu begini, orang-orang yang hobi selfi, otot bisepnya bakal gede-gede.

GPS
Zaman sekarang, mau pergi ke manapun, kita nggak perlu takut nyasar selama masih dapet sinyal satelit, karena udah ada GPS (Global Positioning System). Bahkan, semua smartphone zaman sekarang udah ada aplikasi semacam ini, sehingga proses navigasi juga jadi sangat mudah.


Gambar di atas adalah prototipe GPS pertama di dunia, yang diperkenalkan pada tahun 1932. Iya, pada zaman itu, kita belum punya koneksi internet dan satelit, sehingga GPS di atas masih sangat manual.


Cara kerjanya, seperti semacam selembar peta yang digerakkan oleh mesin yang dihubungkan ke mesin mobil. Ribet ya?

Telepon
Ini salah satu penemuan yang paling mengubah dunia. Di mana berkat lancarnya komunikasi jarak jauh, manusia jadi semakin mudah dan cepat dalam menerima informasi.


Tapi, telepon pertama yang diciptakan Om Alexander Graham Bell itu nggak sesimpel telepon yang sekarang. Bentuknya masih sangat rumit, dengan fitur yang terbatas. Iya, cuma bisa nelpon 2 arah doang. Belum nomor-nomoran, atau conference call.

Btw, ada yang belum tahu kah kenapa sampai sekarang orang kalau nelpon selalu bilang “Hello?”

Bukan.. Awalnya, Hello itu bukan bertujuan untuk menyapa, tapi Hello itu adalah nama pacar Om Graham Bell yang dia telepon saat mendemokan penemuannya ke publik. Gara-gara hal itu, orang lain jadi ikut-ikutan make “Hello” buat memulai pembicaraan saat menelpon. Mungkin, di tahun 1876 orang-orang mengira, “Hello” itu adalah sebuah mantra biar bisa ngomong sama orang yang berada di jauh sana.

Tapi ada yang bilang, istilah Hello ditemukan oleh Thomas Alva Edison. Ntah lah.. Mana yang benar. Sampai sekarang juga masih misteri, penemu lampu itu Thomas Alva Edison, atau Tesla.

Surat Menyurat
Berkirim teks sekarang sudah sangat mudah. Bahkan, di beberapa smartphone, kita nggak perlu ngetik. Kita cuma perlu mendikte, dan smartphone bakal menuliskan apa yang kita katakan, lalu mengirimkan surat itu. Di zaman ini, selain teks, kita juga udah bisa ngirim file foto atau file lain via email/chat.


Ini bukan alat pencetak dodol.

Tapi versi awal dari pengiriman teks itu dicetuskan oleh alat ini. Iya, telegram dikembangkan di Amerika Serikat oleh Samuel Morse dan asistennya, Alfred Vail, pada tahun 1837. Mungkin sebagian dari kita bingung, “Kok bentuknya kayak staples? Kok cuma ada satu tombol? Kok nggak ada abjadnya?”

Nah, di zaman itu, mengirim teks bukan diproses menggunakan huruf alphabet, melainkan menggunakan sandi morse. Di mana setiap huruf diwakili dengan kode titik maupun garis panjang. Gue masih nggak kebayang, gimana repotnya para alay kalo mau nulis pake sandi morse.

Nah, itu sebagian dari inovasi yang udah mengubah dunia karena kekreativan penemunya. Bisakah kita seperti mereka? Gue pikir, bisa.

Lihat deh, zaman sekarang masih banyak kok inovasi-inovasi yang bisa mempermudah atau berguna bagi orang banyak. Misalnya, aplikasi ojek online yang bisa dengan mudah mencarikan tukang ojek bagi yang butuh. Atau, website online store, yang membuat orang bisa belanja dari rumah. Iya, kita nggak perlu mikirin teknologi atau alat yang rumit-rumit kayak di foto-foto atas. Yang kita perlukan hanyalah merenung, lalu mencoba mengerti keresahan apa yang dialami oleh orang zaman sekarang. Lalu, ciptakan pengobat dari keresahan itu.

Sebagai referensi, berikut gue sampein beberapa inovasi kreatif juara kompetisi  Black Innovation di tahun-tahun kemarin:


AUTOLAMP (PACKAGING LAMPU)
by Deden Jaya Somantri
Inovasi ini berawal dari pengalaman pribadi sang inovator yaitu ketika ia membeli lampu dan memintanya untuk mengetes terlebih dahulu. Ketika si pemilik warung mencoba untuk mengeluarkan lampu itu dari kotak packaging, tiba-tiba lampu jatuh dan pecah begitu saja dikarenakan kesulitan untuk membuka kotak tersebut.

Dari pengalaman itulah penemu termotivasi untuk mendesain ulang packaging lampu agar lebih mudah untuk pengetesan. Desain menggunakan sistem sliding untuk cara membuka dan menutupnya. Di samping itu, konsep packaging dibuat multifungsi sehingga bisa berguna menjadi lampu tidur dan dudukan hiasan lampu unik.

Dengan konsep baru packaging lampu ini juga bisa mengurangi jumlah sampah sekaligus bermanfaat untuk pelestarian lingkungan.


Ecobata
by Rina Nurhayati
Ecobata adalah sebuah inovasi bentuk baru dari batu bata yang bisa menghemat penggunaan semen. Teknik semen yang digunakan di eco bata adalah vertical cementing yaitu mengisi semen di dalam rongga ecobata.

Ecobata dapat disusun seperti lego hingga saling mengunci pergerakan antara satu sama lain. Selain itu, rongga tengah ecobata dapat dimanfaatkan dan dikreasikan untuk instalasi kabel listrik, instalasi pipa air, dan juga ventilasi udara.

Fungsi lain dari Ecobata adalah sebagai aksesori seperti pot bunga, pijakan cantik di tengah taman, bahkan pijakan refleksi untuk telapak kaki.

Nggak ribet, tapi berguna kan? Untuk referensi inovasi lain, bisa lo cek langsung ke webnya BLACK INNOVATION ya!



Oh iya, kalo lo udah tercetus ide untuk menciptakan sebuah inovasi yang bisa membantu atau berguna buat banyak orang, ikutan kompetisi serupa tahun ini yuk! Submit aja ide lo di BLACK INNOVATION.


Soalnya, dengan mengikuti kompetisi ini, ide lo nggak cuma bakal jadi ide basi tapi bisa menjadi ide yang menghasilkan. Black Innovation udah nyiapin banyak hadiah buat pemenang kompetisi ini:

- 3 Orang Pemenang akan mendapatkan uang masing-masing Rp.20 juta.
- Juara Favorit dengan vote terbanyak akan mendapatkan uang Rp.10 juta.
- 10 Orang Lucky Voters akan mendapatkan uang masing-masing Rp. 500 ribu.

Seru abis kan? Model ide doang, bisa dapet uang jutaan!

Oke.. Itu aja dulu info untuk hari ini. Sampai jumpa di postingan berikutnya. Makasih buat yang udah baca. Menurut lo, mana dari penemuan-penemuan di atas yang paling berguna buat lo sekarang?

Selasa, 27 Oktober 2015

Jalan-jalan ke Shanghai, Berakhir Aduhai

Gedung tinggi menjulang, lampu berwarna-warni, menjadi pemandangan yang memanjakan mata setiap hari. Mungkin hal itu bikin elo pengin tinggal di luar negeri. Begitu juga gue. Pas gue ngeliat film-film Jackie Chan, gue jadi pengin main ke China. Karena, konon China itu negara yang cukup digdaya.


Pemandangan semacam ini, bikin gue semakin nafsu buat main ke sana. Itulah kenapa, gue mutusin buat main ke Shanghai! Yeay! Beberapa teman sempat mengingatkan untuk memilih kota lain aja, tapi gue nggak mempedulikan mereka. Karena, gue jalan-jalan bukan untuk nyari kesenangan, melainkan keresahan. Keresahan untuk apa? Untuk ditulis menjadi sebuah buku. Hihi!

Wah.. Imigrasi China menerima kedatangan Alien

Tapi setelah gue nyampe di Shanghai, segala ekspektasi gue atas indahnya kota itu pun bubar jalan. Karena, kenyataannya pemandangan yang gue liat di Shanghai pas siang hari adalah seperti ini.


This city is only good to hang out at night

Iya, itu semua adalah polusi udara, berkat banyaknya industri di sekitar sana. Yah, lo pasti tau lah, hampir semua barang di bumi ini dibuat di China. Makanya, wajar aja kalo di China banyak pabrik. Jadi, ya begini deh efeknya. Faktanya, sangking buruknya polusi udara di Shanghai, konon efeknya setara dengan menghisap 12 batang rokok setiap hari. Sedih.


Selain soal polusi udara, ada beberapa hal nggak wajar yang gue alami di sana. Ini beberapa di antaranya:

Kriminalitas
Gue ingat, hari pertama gue sampai di Shanghai, gue main-main ke Yu Garden. Di sana, deket juga area pasar tradisional gitu. Gue bisa beli pernak-pernik buat oleh-oleh temen-temen kantor. Nah, uniknya, gue kira Yu Garden ini bakal bagus dan damai banget. Kenyataannya, tempatnya cuma kayak kolam ikan  di rumah sakit yang ada jembatan kecilnya gitu. Di mana, pengunjungnya terlalu banyak, sampai susah buat gerak. Duh.


Potongan rambut hipster

Inilah kehidupan Ranger-Pink saat ini

Balik dari tempat itu, tepatnya pas nunggu taksi, gue tiba-tiba disamperin orang berhidung mancung, namun berkulit agak gelap. Dia ngeluarin sebuah iPhone dari kantongnya, terus cuma bilang, "Hrr.. Hrr.. Hrr.." Sambil buka info di iPhone itu. Iya, cara ngomong dia mirip anggota suku pedalaman yang masih suka melakukan ritual Kanibalisme. Gue sempet takut, tapi gue kembali inget, takut itu cuma sama Allah. Gue pun tenang kembali.

Awalnya, gue kira dia mau minta bantuan gimana caranya buat nelpon mantan, ternyata setelah gue pahami lebih lanjut, dia mau menjual iPhone-nya. Dia menjual iPhone itu seharga CNY 1000, atau kalau dirupiahkan menjadi 2 jutaan. Gue curiga dong, kok ada iPhone harganya 2 juta? Gue kira itu iPhone bajakan versi China.

Tapi ternyataaaaa... Gue yakin itu iPhone hasil nyopet. Soalnya, dia nggak bisa ngasih box dan kelengkapan lainnya. Dan yang paling penting, tuh iPhone masih kena iCloud Lock, di mana yang bisa buka kuncinya adalah pemilik aslinya. Jadi, selama iCloud Lock belum bisa dibuka, si pemilik masih bisa dengan mudah nemuin iPhone itu via GPS. Wah.. Gak lucu banget kalo gue ditangkep polisi China cuma gara-gara dianggep sebagai penadah hape colongan. Gue pun menolak penawaran mas Kanibal itu, kemudian dia terlihat tersinggung, lalu ngedorong gue, dan dia lari. Indah sekali hari pertama gue di China.

Kendala Bahasa
Gue kira, dengan menguasai bahasa Inggris secara baik itu bisa memudahkan gue buat pergi ke penjuru manapun di dunia. Tapi ternyata, pemikiran itu berubah ketika gue sampai di China. Begitu sampai di China, gue sangat kesusahan buat nemuin orang yang bisa berbahasa Inggris. Semacam 1 banding 100. Misalpun nemu orang yang bisa berbahasa Inggris, logatnya Chinglish (Chinese English) banget, di mana perlu kecerdasan ekstra untuk mengerti yang dia maksud. :(

Bahkan, sebagian staf di hotel yang gue tempatin pun, susah buat nemuin orang yang bisa berbahasa Inggris dengan baik loh. Jadi, ceritanya, malem-malem gue laper. Gue nelpon resepsionis buat mesen makanan. Gue bilang, "Can I order some food?" Dia jawab, "No." Terus, gue jawab lagi, "Why?", jawaban dari dia berikutnya adalah, "Ni xian wen toajdfoajedlkfjasdf werahdfalkjad." Gue pun nutup telpon dan milih buat lompat ke sini pake parasut.



Pemandangan depan kamar gue. Bisa lompat kalo udah lelah sama hidup.

Selain kendala bahasa lisan, ternyata di China, sebagian besar tempat usaha menggunakan tulisan China. Jadinya, gue nggak ngerti yang gue masukin itu restoran atau rental PS. Itu adalah hasil dari kebijakan pemerintah China, di mana waralaba/tempat usaha dari luar negeri yang mau membuka cabang di China, harus mau memakai branding China. Pokoknya, China itu negara yang sebenarnya keren. Negara yang sangat menjaga identitasnya, dan tidak mau banyak terpengaruh negara luar. Mereka tidak mau "menjual" negaranya agar bisa dianggap maju. Dengan kebijakan semacam itu, akhirnya, gue pun milih buat makan di tempat yang sudah pasti-pasti aja, dengan menebak logo produknya. Di titik ini, gue ngerasain beratnya hidup orang bisu, tuli, dan sekaligus buta huruf. Sad.


Ini nggak mungkin panti jompo, kan?

Tapi ada hal lucu juga kalo mengingat orang di China banyak yang nggak ngerti bahasa Inggris. Yang efeknya adalah, banyak orang sana yang make atau jualan kaos berbahasa Inggris tanpa ngerti artinya apa.





Gue kira, kaos semacam itu cuma ada di 9gag aja. Ternyata emang beneran ada di China. Kocak! :)))

Lalu Lintas
Awalnya, gue kira lalu lintas di Shanghai bakal sekeren di Singapura atau Hongkong. Di mana pengendaranya tertib-tertib, ada Metro yang bakal mudah nganter kita ke semua tempat di kota itu. Kenyataannya, hal semacam itu enggak terjadi di Shanghai.

Soal taksi, pas di sana gue nemuin supir taksi yang nggak mau pake Argo, alias nembak tarif (sounds familiar). Lalu, soal pengendara motor di Shanghai, mungkin mirip sama sebagian pengendara motor di Indonesia. Suka berkendara ke mana-mana tanpa helm, atau nerobos lampu merah.

Ngopi dulu di tengah jalan, ah~

Oiyah, sepeda motor di Shanghai, nggak seperti motor di Indonesia. Kalo di Indonesia, motor itu seperti benda yang bisa dibanggakan buat dapetin cabe-cabean. Di China, motornya cuma ada 2 tipe:

- Skuter matic
- Skuter electric

Di mana, bentuk motornya ya bakal sangat mengenaskan. Setiap ada bagian yang patah, bakal dilakban doang. Yang penting mah, bisa jalan, nggak buat bangga-banggaan atau balapan.





Hayuk Dek, kita jalan-jalan keliling kota. Adek masuk ke Box, ya!

Internet Menyiksa 
Ini yang sempat gue lupa saat mempertimbangkan untuk bepergian ke China. Ternyata, pemerintah China memblokir banyak banget website-website Sosial Media. Sehingga gue kesulitan buat berbagi momen di Twitter maupun Facebook. Hal itu beralasan, mungkin pemerintah takut ada terbentuk komunitas-komunitas yang bisa membahayakan posisi mereka. Seperti yang terjadi di revolusi Mesir beberapa tahun lalu. Berkat bantuan Facebook, rakyat Mesir mampu menggulingkan kekuasaan Hosni Mubarak. Sehingga, hampir segala akses internet penduduk di China, dimata-matai oleh pemerintahnya. Hiii..

Untuk bisa mengakses sosial media atau website yang di-block, gue terpaksa pake VPN. Lumayan ribet, dan internetnya leleeeet.. Duh.. Wajar deh kalo orang-orang di China susah ngikutin perkembangan tren di sosial media dunia. Besyukurlah wahai kita para pengguna sosial media yang tinggal di negara yang masih bebas berkicau. Tapi jangan sampai kebebasan kita kebablasan ya. Nanti internet kita difilter juga loh. Hiiii..

Sikap Masyarakat Sana
Mungkin ini cuma di Shanghai, yang memang sebuah kota besar di sana. Orang-orang terlihat individualis dan kurang ramah (kayaknya penduduk di hampir setiap kota besar begitu juga). Sebagai contoh, sebagian orang yang mau gue tanyain soal jalan, begitu paham kalo gue nggak bisa bahasa China, mereka langsung berlalu begitu saja. Nyesek sih..

Selain itu, gue juga agak sedih sama kecuekan orang-orang di sana. Jadi, ceritanya sore itu gue mutusin buat jalan kaki mengelilingi pedestrian area untuk ngambil foto-foto gedung di atas. Sebelum gue berangkat, gue taruh kaca mata minus gue di kantung bagian dalam kemeja. Lalu, saat gue lagi jalan kaki, gue denger suara "Klothak!", semacam benda jatuh gitu. Saat itu ada banyak orang di belakang gue juga, gue kira hape mereka jatuh atau semacamnya. Gue lanjut jalan.

Begitu gue nemu spot asyik buat motret, gue rogoh kantung kemeja gue buat ngambil kacamata. Dan.. kacamatanya enggak ada.


Dear desainer kemeja ZARA, gue pengin nonjok muka lo karena ngedesain kantung mubadzir begini.

Gue jadi inget momen sebelumnya, pas gue denger suara "Klothak!" itu. Iya! Itu pasti kacamata gue! Tapi kok orang-orang di belakang gue nggak ada yang mungutin atau manggil gue sih? Apa segitu cueknya mereka kepada sesama? Akhirnya, sejak hari itu, mata gue burem. Gue balik hotel, memutuskan untuk beli tiket pesawat balik secepatnya. :(

Oiyah.. Selama di sana, gue ditemenin jalan-jalan sama sahabat gue, namanya Ayas. Dia adalah seorang mahasiswi PhD di Universitas Manchester, UK. Cerdas? Iya. Gila? Iya banget.


Nih, kelakuan Ayas waktu main di sana. Dia melakukan tarian pemanggil hujan di kuil. Dan berkat skill-nya yang keren dalam hal fotografi, foto gue selama di China, jadinya begini:

Lupakan soal fokus, kuilnya bagus!

Apakah selama di China, gue cuma berduaan ama dia? Enggak. Yang bener, gue nemenin dia jalan-jalan sama pacarnya.

Gue memutuskan buat balik duluan, karena gue udah nggak tahan melihat kemesraan mereka. Gini amat rasanya hidup tanpa pasangan, bisa jalan-jalan, tapi tetep kesepian. Hiks.

Nah, itulah beberapa cerita gue mengenai kota Shanghai. Buat lo yang mau main ke China, gue saranin mending ke Beijing aja. Di sana udaranya seger, suhunya dingin, dan banyak tempat-tempat bersejarah seperti Tembok Besar China, atau Forbidden City. Recommended banget. Kalo ditanya, apakah gue menyesal udah jalan-jalan ke Shanghai? Tentu tidak. Semua kembali ke tujuan awal, gue sengaja ke sana untuk mencari keresahan, bukan kesenangan.

Dari perjalanan kemarin, gue belajar. Memang yah, kadang sesuatu itu cuma indah untuk dikagumi, bukan dikenali lebih jauh. Karena begitu kenal lebih jauh, rasa kagum bisa hilang gitu aja. Hal ini nggak cuma berlaku untuk sebuah kota, bisa juga berlaku bagi seorang idola atau gebetan. Ada gebetan yang hanya menyenangkan saat sedang pendekatannya, tapi saat dimiliki, hambar-hambar aja.

Ada yang pernah ke China juga? Share pengalaman lo di kolom komentar, ya!

Sabtu, 10 Oktober 2015

Tip Agar Tidak Tertipu Saat Berbelanja Online

Gue adalah jomblo yang udah nggak percaya lagi sama cinta. Sehingga, gue pun sering ngerasa kesepian saat malam minggu tiba. Berawal dari keresahan itu, beberapa bulan yang lalu gue pun mencoba untuk membeli “teman” di online shop. Yang gue beli adalah sebuah robot. Iya, robot. Robotnya nggak berbentuk Aura Kasih kok, tapi mirip sama robot perang. Awalnya, gue keracunan iklan robotnya di Youtube. Robot itu bisa joget, bisa karate, dan gue berharap, dia bisa gue suruh beli mie instant di warung.

Setelah penjual mengkonfirmasi barang itu masih ada, gue pun transfer duit ke penjualnya, dan gue kirim bukti transfer via chat. Setalah uangnya sukses ditransfer, mendadak tuh orang nggak bisa gue kirimin chat lagi, gue coba telpon pun nggak aktif nomornya. Gue sebel. Gue berasa di-PHP-in oleh gebetan yang udah banyak gue kasih pengorbanan. Saat itu, gue doain si penipu giginya bisulan.

Nah, berbekal dari pengalaman itu, gue pun segera mencari tau tentang cara-cara agar belanja online lebih aman. Gue nggak mau ketipu lagi, duit ilang, barang nggak datang. Dari apa yang gue pelajari, gue menemukan beberapa tip agar kita nggak ketipu saat belanja online. Karena gue adalah sosok pria tampan, baik, dan bijaksana, gue bakal berbagi tip yang udah gue pelajari ini kepada kalian. Here they are:

Jangan Tergiur Harga
Buat kalian yang suka nyari hape di market-place online, atau suka nongkrongin Home Facebook, pasti sering nemuin ada orang jual smartphone sekelas iPhone dengan harga 1,5 juta – 2 juta. Penjualnya sih berdalih tuh barang black-market alias tanpa bayar pajak cukai, makanya murah.



Tapi kalo mau lebih jeli lagi untuk mengenali barang itu, silakan cek di website officialnya, iPhone 6+ paling murah mah 9 jutaan. Tanpa pajak tuh harganya segitu. Nah, kalo tuh orang jual iPhone seharga 1,6 juta, artinya si penjual ngesubsidi pembeli sebesar Rp.7,4 juta. Wah.. Nih orang kalo nggak nipu, mungkin kebanyakan duit dan pengin berbaik hati kepada orang-orang yang berkantong pas-pasan yang pengin punya iPhone. Mulia sekali. Atau mungkin, iPhone yang dia jual itu terbuat dari tanah liat.

Hati-hati Saat Membeli Barang Bekas
Untuk kita-kita (termasuk gue), saat pengin sebuah barang yang harganya nggak sesuai dengan kodrat dompet, biasanya akan memilih barang bekas karena terjamin keasliannya, cuma pernah dipake orang lain aja.

Masalahnya, membeli barang bekas secara online itu ada resikonya juga. Secara, kita nggak sempet megang-megang dulu tuh barang. Kita nggak bakal tau gimana keadaan tuh barang. Apa aja yang udah rusak, atau apakah barang itu bekas dipakai, atau bekas diinjak gajah.

Jadi, saat lo berpikir untuk tetap membeli barang bekas, lo bisa ikutin cara gue. Pastiin untuk lebih jeli lagi sebelum membeli. Misal, tanya-tanya secara lebih detail mengenai kondisi barang kepada penjual. Apa aja kekurangan dari barang itu, sudah berapa lama barang itu dipakai, masih adakah surat garansi dari toko, dll. Biar lebih aman lagi, mintalah penjual memberikan garansi, apabila ternyata kondisi barang bekas yang dibeli tidak sesuai dengan yang dijelaskan, penjual harus bersedia mengembalikan uangnya (refund).

Reputasi Penjual
Untuk yang suka belanja secara online, sebelum memutuskan untuk transfer, pastikan dulu reputasi penjual memang baik. Cara ngecek reputasi seller di antaranya, dari testimoni pembeli-pembeli yang udah pernah beli di online shop dia.

Sayangnya, masalah testimoni ini pun sekarang udah banyak yang curang dengan cara membuat beberapa akun baru dan menulis testimoni palsu. Jadi, cara paling valid buat mengecek reputasi penjual adalah dari rekomendasi teman dekat yang pernah belanja di online shop yang sama. Ribet? Emang. Tapi seenggaknya duit aman. Mending ribet pas beli, daripada ribut pas ketipu.

CoD
Kepanjangan dari CoD adalah (Cash on Delivery), alias barang dibayar setelah barang dikirimkan. Tapi pada prakteknya, CoD di sini diartikan sebagai penjual bertemu dengan pembeli di dunia nyata. Setelah bertemu, mereka nggak jadian, tapi pembeli ngecek barang yang akan dibeli secara langsung. Saat pembeli merasa barangnya bener-bener cocok, baru deh pembeli ngasih duit ke penjual. Metode ini memang paling aman (kecuali si seller yang diajak ketemu ternyata anggota sindikat begal antar benua), tapi metode ini memang paling ribet. Kurang oke di zaman serba online ini.

Rekening Bersama
Mungkin ada sebagian dari kalian yang bingung apa maksudnya rekening besama. Bukan.. Bukan berarti kita harus bayar belanja pake rekening kelurahan. Gini penjelasan dari “rekening bersama”:

Pembeli membeli sebuah barang dari sebuah online shop, pembeli lalu mengirimkan uangnya ke “Rekening Bersama” ini. Penjual, mengirimkan barang kepada pembeli, lalu setelah pembeli mengonfirmasi barang yang dia terima sesuai dengan yang dia pesan, si “Rekening Bersama” ini akan mengirim uang dari pembeli kepada penjual. Nah, kalo si pembeli komplain, misal mau beli hape tapi yang diterima adalah sabun, maka si pembeli bisa agar duitnya ditahan dulu sama si Rekening Bersama sampai ada penyelesaian masalah itu secara win-win solution. Jadi, metode Rekening Bersama ini bikin pembeli merasa aman untuk belanja.

Kebetulan, fitur semacam itu udah ada di sebuah aplikasi marketplace yang sangat praktis, bernama Shopee. Jadi, Shopee ini adalah sebuah marketplace online yang berbasis aplikasi smartphone. Iya, lo bisa belanja maupun jualan dengan mudah via hape lo doang. Belanja maupun jualan, cukup klik-klik-klik dalam kurang dari satu menit di hape lo.



Fitur Shopee Guarantee adalah nama lain dari sistem rekening bersama seperti yang gue jelasin di atas. Jadi, pas lo nemu barang yang mau lo beli, tinggal klik beli, lalu lo transfer duitnya ke rekening Shopee. Inget, transfer duitnya ke rekening Shopee, bukan langsung ke rekening penjual untuk menghindari penjualnya kabur setelah menerima duit. Setelah Shopee mengonfirmasi bahwa duit lo udah masuk ke rekening Shopee, Shopee akan meminta penjual untuk mengirimkan barangnya ke elo. Begitu barang lo terima dan lo nmengonfirmasi ke Shopee bahwa tuh barang sesuai dengan barang yang mau lo beli, Shopee baru akan menransfer uang lo ke penjual. Aman banget kan?!



Serunya lagi, saat lo nemu barang yang menarik untuk dibeli, lo bisa nanya-nanya dulu ke penjual via chat yang ada di aplikasi Shopee. Lo bisa nanya macem-macem mengenai produk yang lo mau itu kepada si penjual, sehingga lo bisa lebih yakin buat beli tuh barang atau tidak. Selain chat, ada juga fitur sosial commerce yang bakal bikin lo bisa follow-followan, nge-like, dan lain-lain. Yang pasti, fiturnya ini bukan buat modus-modus nyari jodoh ya.



Buat para penjual, Shopee menyediakan fitur Sell Smart. Jadi, fitur ini akan menjadi semacam asisten lo dalam berjualan di Shopee. Fitur ini akan membantu mengorganisir orderan lo, lalu juga membantu lo mengatur daftar konsumen lo biar lebih mudah ngelayanin, dan serunya lagi, lo juga bisa ngecek gimana laporan penjualan lo. Apakah ada item yang penjualannya kurang oke, ataukah ada item yang penjualannya oke banget sehingga lo harus rajin re-stock. Semua udah diurusin sama fitur ini. Jadi, lo nggak perlu pusing ngitung ini-itu lagi.


The best part of this application is, it is FREE!! Baik pembeli maupun penjual yang nitipin “toko”nya di Shopee, tidak akan dipungut biaya apapun. Nggak ada biaya bulanan, maupun harian, ataupun potongan dalam tiap transaksi. Semua keuntungan, buat elo. Tuh kan.. Berjualan zaman sekarang, nggak perlu lagi nyewa lahan. Dagangan lo pun bisa dilihat oleh jutaan orang di dunia. Udah belanja aman, jualan mudah, seru kan? Sebenarnya masih banyak lagi fitur menguntungkan lainnya yang dikasih sama Shopee. Makanya, buruan download aplikasi Shopee di SINI (Android/iOS) dan mulai belanja atau jualan yuk!



Nah, itu aja beberapa saran gue buat kalian yang pengin belanja aman di internet. Btw, lo pernah ketipu pas belanja online, nggak? Coba ceritain di kolom komentar dong!