Rabu, 09 Maret 2016

Apakah Bilang Cinta itu Berarti Nembak?



Waktu STM, gue suka ama seorang wanita. Setiap hari kami bertemu di kantin. Sambil makan siang, kita sering ngobrol, berbagi banyak hal, dan canda tawa. Gue berbagi tentang pelajaran-pelajaran yang susah. Dia berbagi tentang berapa banyak murid yang dia cukur paksa rambutnya di ruang BP.

Segala keramahan dia, membuat gue merasa nyaman untuk bersamanya. Kebaikan dia juga satu hal yang menambah kekaguman. Kadang gue kalo balik sekolah jalan kaki, dia tawarin tebengan dengan sepedanya. Dia yang boncengin gue. Gue duduk bonceng sambil makan es krim. Sampai akhirnya, setahun kami dekat, di dada gue ada rasa yang membuncah-buncah. Gue merasa berdekatan dengannya adalah candu, sedangkan jauh darinya adalah bibit rindu. Iya, gue nyadar bahwa gue jatuh cinta kepadanya.

Pagi itu, gue beranikan diri untuk sengaja make celana jeans dan kaos oblong ke sekolah. Biar gue dipanggil ke ruang BP dan bertemu dia. Rencana itu berhasil, dan di ruangan itu akhirnya kami hanya berdua. Setelah panjang lebar dia menasehati tentang pelanggaran tata tertib sekolah, dia terdiam dan terlihat kecewa. Namun, dengan segala usaha, gue coba bikin dia ketawa. Dan akhirnya berhasil juga. Gue kembali melihat sebuah senyum indah, berkat kolaborasi gigi yang rapih dan bibir tipis yang ranum itu. Saat dia tertawa terlalu kencang, gue tempelkan jari telunjuk gue ke bibirnya. "Sssh.."

Tawanya terhenti, suasana mendadak hening sekali, sesaat terdengar suara jam dinding berdetak. Dia lalu merapihkan rambutnya yang sudah sedikit beruban itu dengan rasa canggung. Di saat itu, gue bilang, "Kamu tau kenapa aku suka membuatmu tertawa?"

Dia hanya menggeleng sambil menyembunyikan rasa malu. Gue melanjutkan omongan gue, "Karena membahagiakanmu adalah hal yang bisa membuatku merasa berguna. Sehingga, hal itu membuat aku bahagia juga."

Dia termenung. Gue lanjutin omongan gue lagi, "Mungkin ini terdengar bodoh, tapi aku hanya ingin kamu mengerti. Aku mencintaimu, sejak pertama kali kamu menawariku untuk duduk berdua di kantin dan makan bersamamu. Kesederhanaan dan keramahanmu, meluluhkan hatiku yang sempat membatu."

Yap! Gue akhirnya meluapkan semua isi hati yang sudah lama gue pikul sendiri. Dan apakah dia senang mendengarnya? Gue nggak tau. Tapi sejak hari itu, dia tak pernah makan di kantin lagi. Dia nggak pernah ngajak gue ngobrol lagi. Dan setiap pulang sekolah, dia naik Jet Pribadi, agar tidak berpapasan sama gue yang jalan kaki.

Iya, dia menghindar setelah gue mengakui bahwa gue mencintainya. Gue kecewa, ternyata sifatnya tak sedewasa umurnya. Oh.. Bu Ningsih.

***

Cerita di atas, bikin gue pengin berbagi sesuatu ke kalian. Iya, tentang ungkapan cinta dan konsekuensinya.

Jadi, menurut pemahaman gue, ungkapan cinta itu NGGAK SELALU berarti nembak. Itulah kenapa, gue suka heran kok ada aja orang yang cinta, tapi nggak berani mengakuinya. Ada yang takut ditolak, ada yang takut jadi berjarak. Padahal  sekali lagi, bilang cinta, bukan berarti nembak. Bilang "aku cinta kamu", bukan berarti "kamu mau jadi pacarku nggak?"
Karena itu pengakuan atas sebuah rasa, bukan ekspresi atas sebuah asa.

Yang lebih nyebelin lagi adalah oknum-oknum yang tukang ge'er. Gara-gara ada orang yang nggak dia suka bilang cinta ke dia, lalu dia ngabur gitu aja. Oknum-oknum yang kayak gini yang bikin orang jatuh cinta, memilih untuk diam saja.

Mari kita berpikir secara lebih dewasa. Coba kita ubah sudut pandang kita mengenai orang yang mengucapkan kata cinta. Jangan anggap sebuah ungkapan cinta itu sebagai tembakan, tapi sebuah pujian.

Kenapa dia cinta ke elo? Pasti dia melihat hal-hal yang menarik dari elo. Itu pujian.
Kenapa dia cinta ke elo? Pasti dia menilai elo bisa membuat dia nyaman. Itu pujian.
Kenapa dia cinta ke elo? Pasti dia berpikir elo spesial. Itu pujian.

Nah, dari fakta-fakta di atas, bagian manakah dari ungkapan cinta yang membuat lo tersinggung? Gak ada. Lalu kenapa lo harus menghindar kalo orang yang gak lo suka memberi sebuah pujian ke elo? Jangan jadi makhluk yang sok terlalu berharga, di mana cuma mau menerima pujian dari orang yang elo suka aja.

Cinta itu adalah anugerah Tuhan yang nggak bisa diatur oleh pikiran. Kalo ada orang yang cinta, itu bukan manusia yang menghendaki. Hatinya yang terjatuh sendiri. Dia jatuh cinta kepada orang yang kadang tak dia duga. Dan buat lo yang belum pernah jatuh cinta, gue kasih tau: Cinta itu bisa jadi beban di hati, kalo belum pernah diakui. Itulah kenapa, orang yang jatuh cinta, cenderung ingin mengungkapkan perasaannya. Bukan.. Bukan untuk memilikimu, tapi cuma ingin merasa lega aja dulu.

Nah, terus gimana kalo abis ada orang yang bilang cinta ke kita?

Ya ucapin makasih aja. Gak ada tendensi untuk bilang "aku juga cinta" atau "maaf, aku gak merasakan hal yang serupa" kok.

Setiap orang berhak untuk mencintai, lalu mengakui. Nah, untuk urusan memiliki, baru butuh sebuah kesepakatan. Lalu bagaimana agar kesepakatan itu terwujud? Ya kalian berdua harus punya perasaan serupa. Kalo tidak ada perasaan serupa? Ya lanjutkan hidup, tanpa perlu terbebani oleh ungkapan cintanya. Anggap saja itu sebuah pujian yang bisa kamu terima, tanpa perlu respon spesial juga.

Gue kasih tau serunya kalo ada orang yang ngungkapin cintanya. Nikmati aja.. Biarkan dia membuktikan apa yang dia ucapkan, dengan perbuatan yang nyata. Tanpa perlu lo minta. Kalo emang dia cinta, dia akan terus berjuang ke depannya. Tapi kalo cintanya di bibir saja, nanti dia juga akan lelah dan bosan berjuang. Wajar.. (Baca: Kadang orang juga salah mengartikan perasaannya.) Orang yang beneran cinta, tak akan lelah untuk berjuang, karena kebahagiaan orang yang dicinta, merupakan sumber energinya.

Lalu, apakah kita harus terus membiarkan orang yang kita cinta itu terus berjuang? Di saat segala perjuangannya benar-benar tak bisa membuat hati kita luluh?

Jawaban gue, iya.. Kalo dia berjuang untuk selalu membahagiakan kita. Jangan ditolak kebaikan-kebaikannya. Tapi, kalo dia meminta kita untuk menjadi miliknya, di saat kita gak merasa cinta, silakan tolak dia, dan minta dia berhenti saja. Toh, dia harus sadar bahwa MENCINTAI dan MEMILIKI adalah dua misi yang berbeda. Mencintai adalah ekspresi hati, sedangkan memiliki adalah ekspektasi ego.

Cinta memang tak bisa dipaksakan. Tak bisa dipaksakan untuk mati, dan tak bisa dipaksakan untuk tumbuh. Jangan menerima dia cuma karena kasihan saja. Karena, nantinya lo akan menyakitinya juga, dengan perasaan palsu yang lo berikan ke dia.

"Bang.. Kalo nanti aku baikin dia padahal aku gak suka, nanti aku dicap tukang PHP gimana?"

Jangan takut. Orang-orang yang suka nuduh lo PHP di saat dia gagal memiliki elo, itu bukan salah elo. Itu salah mereka,  yang berharap untuk memiliki elo. Sehingga, saat mereka gagal memiliki elo, mereka kecewa ke elo. Lalu nuduh elo jahat, karena tak bisa menerima mereka setelah sekian banyak perjuangan yang mereka kasih. (Baca: Dia PHP, atau Lo Yang Ngarep?)

Biarin aja orang kayak gitu pergi, dengan apapun yang mereka pikirkan tentang lo untuk menghibur diri. Salah sendiri selalu mencoba untuk ngasih, tapi berakhir dengan pamrih.

Oke.. This is the end of the post. Semoga mencerahkan. Bagi yang jatuh cinta, jangan takut buat mengakui. Bagi yang abis dikasih ucapan cinta, jangan buru-buru menjauhi.

Btw, lo pernah bilang cinta terus dijauhi juga? Share dong ceritanya!


Minggu, 06 Maret 2016

Alasan-alasan Paling Menyakitkan Buat Putus


Sepanjang karier gue berasmara, gue udah sering sekali patah hati. Dan sebagian besar dari patah hati itu, adalah patah hati di saat gue belum sempat memiliki. Tapi begitulah cinta. Kadang dia datang di saat tak terduga, lalu melukai hati di saat kita terlena. Itulah kenapa, sekarang gue milih untuk berwira-asmara. Iya, berusaha mencintai diri sendiri.

Di postingan ini, gue mau berbagi beberapa pengalaman gue patah hati karena diputusin pacar, maupun calon pacar. Gue bakal bahas 5 alasan putus paling menyakitkan dalam sejarah gue berasmara. Semoga, lo nggak ngalamin juga.

Kita Tuh Nggak Pernah Cocok
Dulu gue suka bawain makanan favorit pacar gue setiap kali gue balik liputan. Hal itu sengaja gue lakuin, biar pacar gue selalu nungguin kedatangan gue. Suatu sore yang cerah, gue dateng ke rumah pacar sambil bawa Bakso urat favorit dia. Namun tak seperti biasanya, bakso itu tidak dia terima secara antusias. Dia hanya diam, meletakkan bakso itu di meja, tanpa dibuka kemasannya.

Melihat gelagat aneh itu, gue langsung bingung.
"Kamu kenapa?"

"Gapapa." Jawab pacar gue singkat, padat, dan jutek.

"Kok baksonya gak dimakan?"

"Gak laper."

Mendengar jawaban pacar gue itu, gue gak langsung percaya gitu aja.

"Tumben.. Kenapa sih? Lagi sakit, ya?" Sambil bertanya, gue pake helm gue, lalu berjalan menuju ke motor sambil bilang, "aku beliin obat dulu ya."

Belum juga dua langkah gue berjalan, pacar gue manggil, "aku mau putus."

Kalimat barusan membuat gue serasa diserang stroke di siang bolong. Kaki lemas, badan terasa dingin, dan bibir miring sebelah.

"Ha? Putus? Salahku apa?"

"Bukan salahmu kok. Kamu gak ada salah apa-apa." Jawab pacar gue sambil menaikkan salah satu kakinya ke kursi, dan menggigit-gigit tusuk gigi.

"Kalo aku gak salah, kenapa kamu minta putus?" Gue lepas helm, gue kibas-kibasin rambut secara slow-motion, sambil menatap matanya dalam-dalam.

"Aku ngerasa, kita tuh nggak pernah cocok."

***
Yes.. Absolutely, itu adalah alasan yang bullshit sekaligus menyakitkan.

KALO NGGAK PERNAH COCOK, KENAPA BARU NGERASA NGGAK NYAMAN SETELAH SETAHUN PACARAN?
KALO NGGAK PERNAH COCOK, KENAPA PERNAH SALING MEMBAHAGIAKAN?
KALO NGGAK PERNAH COCOK, KENAPA LEONARDO DICAPRIO DAPET PIALA OSCAR?!
Oke.. Maaf, kelepasan.

Maksud gue, manusia di bumi ini karakternya unik-unik banget. Berkat kemampuan Tuhan yang maha kreatif, kita semua punya kombinasi karakter, kecerdasan, ego, yang beda-beda levelnya. Sehingga, nggak bakal ada 2 manusia yang persis kecocokannya. Akan selalu ada bagian dari karakternya yang berseberangan. Nah, di situlah gunanya cinta, menyeimbangkan semua. Mengikis ego, sehingga tidak keras kepala, menurunkan kecerdasan, sehingga setara dengan pasangannya, menambah kesabaran, sehingga pasangan jadi lebih nyaman.

Dengan hilangnya rasa cinta, segala toleransi itu akan hilang begitu saja. Lalu, baru deh merasa bahwa si dia bukanlah orang yang cocok. Tapi kadang manusia terlalu gengsi untuk menyatakan cinta, maupun menyatakan bahwa cintanya sudah hilang begitu saja. Sehingga mereka membuat-buat alasan yang terkesan tidak begitu egosentris, tidak melankolis, dan sok logis, tapi bego. Diputusin dengan alasan kayak gini, emang menyakitkan. Tapi begitu kita sadar ini cuma alasan yang dibuat-buat, niscaya kita akan cepat move on, coz we realise that they're not worth it.

Bosan
Diputusin dengan alasan "bosan", memang menyakitkan. Dulu, waktu gue diputusin dengan alasan ini, gue langsung kepikiran, "jangan2, gue yg membosankan?"

Berkat diputusin dengan alasan semacam itu, gue pun sempat mencoba untuk selalu berinovasi agar tidak membosankan. Sehingga, setiap kali gue PDKT, gue selalu bawa konsol game, mesin dingdong, dan meja billiard buat dimainin bareng gebetan.

Tapi memang, diputusin dengan alasan bosan, menyisakan luka psikologis yang cukup dalam di diri kita. Kita akan kehilangan kepercayaan diri, kita akan merasa rendah diri, dan bagi yang mentalnya nggak kuat, mungkin akan jadi kapok mencintai lagi.


Siapa yang bisa berjuang demi cinta, saat dia kehilangan kepercayaandirinya? Saat dia dihantui kalimat "kamu tuh membosankan!" dalam batinnya. Wahai orang-orang yang merasa bosan dengan pasangan, coba baca artikel ini. Kebosanan dengan pasangan, jangan lo turutin. Kalo lo turutin, maka sampe alam baka juga lo gak bakal nemuin pasangan yang awet.

Dijodohkan/Tak Direstui
Bayangin sedihnya, udah jalan bertahun-tahun bersama, melakukan hal-hal seru berdua, tumbuh bersama, dewasa berdua, lalu harus berpisah karena pilihan orang tua.

Iya, gue pernah mengalaminya. Memang sakitnya luar biasa, terpaksa berpisah saat kita masih saling mencintai. Terpaksa membunuh perasaan yang berdua kita pelihara selama ini. Rasanya tuh kayak dipaksa ngebunuh dedek bayi yang masih imut dan gak berdosa. Susah buat tega.

Itulah kenapa, alasan "tak direstui" masuk ke dalam daftar ini. Siapa yang tak kesakitan, bila harus dipisahkan dengan orang yang selalu jadi kebutuhan? Siapa yang tak tersiksa, di saat paru-parunya, tak boleh lagi menghirup udara? But this bitter truth is still around. You've gotta'be ready.

Ternyata Aku Gak Bisa Ngelupain Dia
Gue pernah ngedeketin cewek, berbulan-bulan lamanya untuk membuat dia kembali ceria, sejak dia putus cinta. Segala upaya udah gue lakuin, agarmantannya bisa dilupain. Sampai akhirnya, gue bisa membuat dia tertawa. Itu adalah hari yang cerah rasanya. Meski tak ada matahari, tapi tawanya memberi kehangatan tersendiri.

Hari demi hari kami lewati bersama. Gue jadi semakin sering mendengar tawanya. Dan tawanya itu semacam mengandung zat adiktif, sehingga gue kecanduan untuk terus membuatnya ketawa. Sampai akhirnya, tawa itu hilang kembali, saat mantan cewek itu menghubunginya lagi.

Tuh cewek minta gue buat mundur, dengan alasan hatinya masih tertinggal bersama mantannya. Dan segala upaya gue untuk membuat dia tertawa, sia-sia. Di titik itu gue nyadar, sering membuat dia ketawa belum tentu berarti bisa membuat si dia bahagia. Fakta ini memang menyakitkan, tapi hati juga tak bisa dipaksakan.

Tanpa Alasan
Poin terakhir ini adalah yang paling kampret dibanding alasan-alasan putus di atas. Pernah nggak, suatu hari pacar lo tiba-tiba ngilang? Susah dihubungi, dan gak bisa dicari? Padahal, sehari sebelumnya, kalian masih bahagia bersama. Padahal, kemarin dia masih bilang cinta. Padahal, sebelum tidur dia masih sempat menyapa.

Ditinggalkan tanpa alasan, biasanya membuat orang sangat susah untuk move on. Karena si korban, akan selalu disiksa oleh rasa penasaran.

"Aku salah apa ya?"
"Aku kurang apa ke dia ya?"
"Masa punyaku terlalu kecil sih? Enggak ah.."

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu akan selalu mengganggu pikiran. Sehingga, otomatis si kampret yang tiba-tiba kabur itu pun selalu ada dalam ingatan. Iya, disiksa oleh rasa penasaran, kadang lebih menyakitkan dibanding disiksa oleh penyesalan.

Nah, untuk lo-lo yang berniat untuk berpisah dengan pasangan, tolonglah jangan gunakan alasan-alasan semenyakitkan itu. Berpisah doang pun sudah sangat menyakitkan. Jangan ditambah dengan alasan-alasan yang bisa membunuh mantan pelan-pelan.

Tapi alasan putus yang menyakitkan namun jujur ini masih kalah ganas sama alasan putus yang dibuat-buat, seperti "Kamu tuh terlalu baik buat aku". Gue gemes sama orang-orang yang make alasan aneh-aneh buat putus. Gue yakin, mereka takut dianggap jahat saat harus mengakui bahwa perasaannya ke pasangan sudah tidak ada. Padahal kebohongan maupun diamnya mereka untuk memutuskan pasangannya, malah lebih bejat rasanya. Tapi mereka mana peduli! Iya, tanpa cinta, memang tinggal ego yang berbicara. 

Kalo lo, paling sakit pas diputusin dengan alasan apa?